Tips Berburu Akomodasi Permanen di Melbourne, Australia

04.47

 


Dulu saya suka heran, kenapa orang-orang yang kuliah di luar negeri itu gak banyak yang rajin posting atau update kegiatan sehari-harinya. Memang ada beberapa yang sangat aktif bermedia sosial, namun gak jarang juga yang memilih untuk sedikit update atau bahkan vakum dari media sosial terlebih dahulu. Baru sekarang saya paham, karena memang kuliah di negara orang itu sangat beda ritme dan beban studinya jika dibandingkan dengan pengalaman kuliah di Indonesia dulu, haha.. Jadi sungguh maaf sekali kalau saya juga ikutan vakum beberapa bulan ini dari dunia blog 🙈. Postingan foto di atas adalah ekspresi senyuman di awal kuliah, kalo udh di akhir kuliah kayaknya bakal beda deh, wkwkwk..

Okay, tanpa panjang lebar lagi, kali ini saya mau sharing tentang topik yang sangat menarik, khususnya buat temen-temen yang berencana mencari akomodasi permanen di Australia, apalagi yang privat dan di luar kampus. Sebelum menjalani proses keberangkatan, mencari informasi apartemen di Australia adalah salah satu mood booster buat saya. Meskipun waktu itu kepastian berangkat kapan masih belum jelas, tapi kalau udah buka aplikasi housing Australia, rasanya kayak pengen cepet-cepet berangkat gitu, hehe..

Perihal akomodasi ini, kita harus kategorisasikan terlebih dahulu, apakah teman-teman mau memilih student accommodation atau private accommodation. Apa sih beda kedua jenis akomodasi tersebut?

Student accommodation merupakan akomodasi khusus pelajar atau mahasiswa, bisa on campus atau out of campus. Di Australia sendiri, masing-masing universitas biasanya memiliki akomodasi kampus yang lokasinya ada di sekitar wilayah kampus (kebanyakan di dalam kampus). Berhubung saya kuliah di Unimelb, jadi contoh akomodasi kampus yang dimiliki Unimelb adalah The Loft (yang paling baru), University Apartments, Little Hall, etc. Dari segi harga, biasanya akomodasi kampus memang lebih mahal, kisaran harga AUD 300-700 per week include bills, tergantung jenis kamarnya (shared or private) dan fasilitas yang didapatkan. Meskipun cukup mahal, tapi secara lokasi memang sangat strategis karena dekat dengan area kampus. Sedangkan untuk akomodasi di luar kampus, ada beberapa provider seperti UniLodge, Scape, Student Housing, Journal, etc. Berdasarkan informasi di masing-masing provider, harga akomodasi di luar kampus tersebut berkisar antara AUD 200-600 per week include bills, tergantung jenis kamar dan fasilitas juga. 

Sebenarnya beda-beda tipis sih harga akomodasi on campus sama yang out campus. Jadi tergantung selera masing-masing mau pilih yang mana. Yang membedakan dari student accommodation ini dengan private accommodation selain statusnya yang satu khusus mahasiswa dan satunya enggak adalah terkait proses pemesanan akomodasi. Untuk student accommodation, kalian bisa pesan melalui situs masing-masing akomodasi, dan ini bisa dilakukan mulai dari kalian belum berangkat atau masih di Indonesia. Eh, tapi inget ya, jangan mepet sama jadwal keberangkatan kalau mau dapat kamarnya. Karena musim semester baru di kampus Australia pasti rame banget yang cari akomodasi, jadi usahakan pesan jauh-jauh hari. Sekali booking, biasanya minimal 6 bulan kontrak. Jarang banget student accommodation yang nawarin kontrak short term atau jangka pendek. 

Biasanya temen-temen yang single atau yang berangkat kuliah tanpa membawa keluarga akan cenderung memilih student accommodation demi kepraktisan, biar gak terlalu ribet juga, ketika hari pertama sampai di Australia udah ada yang dituju. Namun satu hal lagi yang harus dipertimbangkan jika memilih student accommodation yaitu jenis akomodasi ini tidak memperbolehkan orang lain (selain student penyewa) untuk menginap di akomodasi terkait. Jadi kalau ada temen atau saudara yang berkunjung dan mau nginep itu gak bisa. Karena alasan inilah, akhirnya ada juga teman-temen yang memutuskan untuk memilih private accommodation

Private accommodation merupakan akomodasi yang terletak di luar kampus, namun lebih private dan bisa diajukan oleh siapapun, tidak terbatas oleh pelajar atau mahasiswa saja. Macamnya juga banyak. Ada yang sewa satu kamar kayak kos-kosan di Indonesia gitu. Ada juga yang studio apartment, 1 bedroom apartment, 2 bedrooms apartment, etc. Untuk harga juga variatif, mulai dari AUD 200-500, lagi-lagi tergantung jenis propertinya dan kebanyakan exclude bills, jadi harus dicek bener-bener sebelum apply. Namun sayangnya proses pengajuan aplikasi akomodasi ini mayoritas hanya bisa dilakukan ketika kita sudah sampai di Australia. Sebenarnya bisa juga dilakukan saat kita masih di Indonesia, dengan catatan ada agent terpercaya yang bisa bantu pengajuan aplikasinya atau emang udah kenal sama landlord di sini. 

Jika pengajuan aplikasi baru dilakukan ketika sampai di Australia, maka sebagai tujuan utama ketika pertama sampai di sini harus ada akomodasi sementara dulu seperti hotel/hostel/AirBnb, rata-rata 2-4 minggu, sambil cari akomodasi permanen di sini. Emang agak lama ya proses pengajuan aplikasi private accommodation di sini, berkas yang perlu dicantumkan cukup banyak dan ketat sekali persaingan untuk lolos aplikasi. Gak kayak di Indonesia, selama kita cocok sama rumah kontrakan dan udah siap uangnya, bisa langsung oke. Kalau di sini, aplikasi akomodasi udah kayak aplikasi kerja, ketat banget. 

Saya pribadi memilih untuk pesan akomodasi sementara selama 4 minggu dulu, sambil cari akomodasi permanen di private accommodation. Awalnya pesen akomodasi sementara cuman 2 minggu, namun ternyata kurang, haha.. Ketika nyampe baru ngerasain gimana susahnya cari akomodasi permanen ini. Selain itu, pesan-pesan dari guru di IALF selama PDT AAS juga bikin saya mempertimbangkan untuk cari akomodasi permanen waktu udah nyampe Australia aja. Kalau kita cari sejak di Indonesia, emang tricky dan harus hati-hati karena banyak kasus penipuan atau scam. O iya, saya memutuskan apply private accommodation karena suami menyusul setelah 2 minggu saya sampai di Australia. Jadi udah gak mungkin saya tinggal di student accommodation selama kuliah di sini. Oleh sebab itu, kami memutuskan mencari 1 bedroom apartment

Langkah awal yang saya ambil yaitu download aplikasi housing di Australia seperti Rent Au, Real Estate, dan Domain. Dari aplikasi tersebut, saya coba mencari beberapa rekomedasi apartemen 1 kamar di sekitar Unimelb, bisa disesuaikan dengan membuka peta lokasi Unimelb dan mencari kode pos area terdekat (misalkan 3000 untuk area Melbourne CBD). Hal ini sudah saya lakukan sebelum keberangkatan sambil saya mendata beberapa rekomendasi apartemen dan memasukkannya ke daftar excel yang sudah saya buat. Metode ini cukup bermanfaat awalnya, karena saya jadi bisa membandingkan beberapa rekomendasi apartemen yang sesuai dengan kebutuhan saya. Namun saat sampai di Melbourne, kayaknya semua daftar yang dibikin udah susah dipakai lagi, haha.. Karena saking listing yang ada tu cepet banget sold out. Mungkin faktor border baru dibuka juga, jadi yang butuh housing makin banyak, udah kayak jualan kacang aja, laris manis. 

Tanggal 7 Juni 2022 siang saya sampai di Melbourne, keesokan harinya saya langsung booking inspeksi apartemen di hari yang sama (tanggal 8 Juni 2022). Di sini, inspeksi itu sangat diperlukan agar kita bisa cek secara langsung kondisi properti yang akan kita sewa. Makanya agak susah kalau kita mau proses aplikasi sewa propertinya dari Indonesia. Beberapa agent properti mewajibkan in-person inspection, namun ada juga beberapa yang menawarkan online inspection (tapi gak banyak). Awal-awal, saya booking inspeksi langsung dari aplikasi Realestate. Saat itu saya coba booking inspeksi salah satu apartemen di daerah West Melbourne, sekitar 2 km dari kampus. Dapet jadwal jam 1.40 pm, saya udah sampai dari jam 1 pm. 

Karena pas lewat apartemennya masih sepi, saya melipir dulu ke convenience store terdekat. Gak nyampe 15 menit, saya tengok lagi depan apartemen, lha kok antriannya udah mengular, hahaha.. Ternyata banyak saingan saat inspeksi itu bukan hanya mitos, emang beneran terjadi. Alhasil saya langsung lari ke depan apartemen ikut antri. Itu adalah pengalaman pertama saya inspeksi di akomodasi Australia. Setelah menunggu 5 menit di antrian, agent properti mulai memanggil kami satu per satu, kemudian menanyakan nama kami, dan sepertinya masukin absen kami di aplikasi properti. Jadi pasti ketauan siapa yang udah inspeksi dan yang belum. That's why saya sempat sampaikan sebelumnya bahwa beberapa agent cenderung mewajibkan inspeksi fisik sebelum pengajuan aplikasi akomodasi di Australia. 

Ketika tiba giliran maju ke antrian, saya menyebutkan nama saya, kemudian agent seperti melakukan check list di aplikasi selulernya. Setelah itu saya dipersilahkan masuk ke lobby apartemen bersama para saingan pemburu apartemen yang lain dan diarahkan untuk naik ke Lift. Sesampainya di lantai unit yang dituju, kami dipersilahkan kembali untuk masuk ke unit apartemen, melihat-lihat, bahkan memegang dan mengecek beberapa fasilitas di dalam unit. Ada beberapa apartemen yang ditawarkan termasuk furniturenya, namun ada juga yang kosongan. Terkadang yang kosongan pun, ada juga yang sudah termasuk kitchen set, kulkas dan mesin cuci. Jadi kita harus pastikan bener-bener fasilitas apa saja yang kita dapatkan dengan harga yang dipasarkan. Khusus untuk apartemen yang saya inspeksi pertama kali saat itu cukup bagus, ruangannya tidak terlalu luas, namun pencahayaan dari sinar matahari sangat cukup dan harga sewa sudah termasuk kulkas dan mesin cuci. Setelah selesai inspeksi, saya mendapatkan email seperti di bawah ini. 



Di dalam email konfirmasi inspeksi, kita akan mendapatkan detail bagaimana caranya mengajukan aplikasi sewa akomodasi terkait. Contohnya di aplikasi pertama tersebut, saya diminta mengisi form di link yang sudah dicantumkan beserta beberapa dokumen yang perlu dilampirkan juga. Nah, dokumen lampiran ini nih yang penting. Harus lengkap selengkap-lengkapnya. Bagi yang apply untuk diri sendiri, mungkin bisa mencantumkan dokumen pribadinya seperti Passport, Student ID, Visa, Bukti Enrollment di kampus, Surat pengantar dari beasiswa (untuk AAS dibekali oleh tim SCO), Bukti rekening terbaru untuk melihat kemampuan finansial kita, referensi (khusus awardee AAS biasanya akan disarankan mencantumkan referensi kontak SCO karena mungkin masih belum banyak kenalan di Australia) , dan essay pendek terkait alasan kita kenapa mau menyewa properti tersebut. Masing-masing dokumen dapet poin sendiri. Jadi makin tinggi poin, makin besar juga kesempatan kita untuk dapat apartemen. 

Hal ini akan sedikit berbeda buat yang mau tinggal di apartemen bareng keluarga atau temen ya. Siapapun yang akan ikut tinggal di properti tersebut juga harus mengisi form yang sama. Sebagai contoh, saya akan tinggal berdua dengan suami, jadi saya cantumkan informasi tersebut termasuk kontak suami (email). Apabila saya sudah mengisi form dan melampirkan dokumen yang diperlukan, nantinya suami juga akan menerima email link aplikasi sewa properti dan harus mengisi form yang sama serta melampirkan dokumen-dokumen yang sama juga. Jadi emang double application akhirnya. Memang terdengar ribet dan cenderung detail, namun ya seperti itulah sistem sewa properti di negara maju kayak Australia ini.

Setelah submit aplikasi sewa properti, kita tinggal menunggu kabar dari agent. Waktu itu saya masih sangat awam, karena gak paham gimana caranya bisa sukses dapetin properti. Kirain akan semudah di Indonesia, namun ternyata tidak fergusoo, haha.. Penolakan demi penolakan mulai diterima. Bikin inget perjuangan daftar beasiswa aja 😆. Meskipun saya sudah submit satu aplikasi, saya gak cuman nunggu dan berhenti, tapi berusaha inspeksi ke properti yang lainnya juga di hari selanjutnya. Tapi lama-lama kok rasanya pusing dan capek ya, karena yang diinspeksi banyak. Apalagi ditambah cuaca Melbourne dulu pas awal-awalnya Winter. Jadi bisa dibayangin deh itu jalan dan muter keliling kota sambil dingin-dingin. 

Mungkin karena saya sering inspeksi, akhirnya saya dapet iklan aplikasi housing Australia yang lain di email, yaitu TenantApp. Ini gak ada sponsor atau endorse ya, haha.. Saya cuman pengen sharing pengalaman. Setelah saya coba download aplikasinya, ada yang unik dari aplikasi ini, yaitu fasilitas menyusun jadwal inspeksi. Jadi kita tinggal searching aja area properti yang ingin kita cari, lalu klik inspection kalau memang tertarik untuk inspeksi. Setelah itu kita bisa membuka fasilitas semacem kalendar yang sangat membantu kita untuk melihat kembali daftar inspeksi di hari tertentu. Kalau gak salah bisa disambungin ke Google Calendar juga. Jadi kalau kita udah kebanyakan jadwal inspeksi, ada google yang bisa ngingetin, hehe.. Soalnya saya pernah di satu hari yang sama, ada 7 jadwal inspeksi. Bener-bener langsung teler, loncat sana sini buat cek properti. Alhamdulillah saat itu cuaca cerah, gak terlalu dingin, jadi bisa keliling beneran. Kalau pas lagi dingin banget mah maksimal 2 atau 3 properti juga udah menyerah 😂. 




Coba tebak, setelah berapa kali apply aplikasi sewa properti, saya baru dapet akomodasi yang saya tempatin saat ini? 🙌

Jawabannya adalah aplikasi ke-13, setelah 2 minggu saya sampai di Australia. Jadi pas banget itu saya dapet kepastian aplikasi sewa rumah saya diterima, keesokan harinya suami nyampe.. Alhamdulillah, bener-bener bersyukur sama rejeki yang dikasih sama Allah 😊. Banyak yang bilang, durasi tersebut tergolong cepet. Karena gimanapun juga, saya sadar, ada beberapa temen yang baru bisa dapet akomodasi permanen setelah 1 bulan tinggal di Melbourne. Yang paling sedih juga ada yang sampai sekarang (udah 6 bulan) belum dapet akomodasi permanen untuk keluarga sesuai yang dibutuhkan dan terpaksa cari kosan karena saking susahnya dapet. 

Banyak faktor yang membuat perjuangan buat ngamanin akomodasi permanen ini semakin menantang. Yang pertama, faktor border baru dibuka. Kalau dulu-dulu, banyak orang Indonesia yang mau back for good, jadi ada peluang lease transfer ke yang baru mau dateng. Namun sejak pandemi, yang ada orang Indonesia di Australia makin dikit karena udah banyak yang pulang ke Indonesia duluan. Kasarannya, saya nyampe Melbourne beneran minim koneksi dan kesempatan cari lease transfer.  Selain itu juga karena orang-orang baru bisa masuk ke Australia, alhasil pemburu akomodasi di sini juga lagi banyak-banyaknya. Saingan makin banyak, makin susah. Alasan kedua yaitu terkait cuaca, pas lagi nyampe pas baru mulai winter di Melbourne. Memang gak ada salju di Australia (kecuali di beberapa lokasi dataran tinggi). Tapi tetep aja udara dinginnya nusuk, gak nyantai banget buat saya si orang tropis. Dan alasan ketiga adalah terkait status kita yang masih pelajar dan hanya mengandalkan uang beasiswa sebagai bukti keuangan, yang notabene cenderung kalah saing sama yang udah punya pekerjaan di Australia. 

Berdasarkan pengalaman dan penolakan yang diterima selama cari akomodasi di sini, saya terus berusaha mempelajari dan menganalisa, kira-kira gimana ya biar aplikasi saya nembus. Maklum anaknya emang hobi banget analisa 😅. 

Berikut ini adalah beberapa tips yang menurut saya cukup efektif untuk diterapkan agar aplikasi sewa rumah kita bisa nembus:

1. Siapa cepat, dia yang dapat. Ketika kita tertarik pada satu properti, lebih baik siapkan semua dokumen sebelum inspeksi. Kalau udah yakin banget sama propertinya, apply aja sebelum inspeksi. Jadi kelar inspeksi dan kita makin yakin, langsung bilang ke agentnya kalau kita udah apply dan nunggu kabar baiknya segera. Kalau gak gitu, bisa juga isi form dan lampirkan semua dokumen yang dibutuhkan, tapi belum disubmit. Jadi kalau udah inspeksi dan cocok, selesainya langsung klik submit dan bilang ke agent kalau udah apply. Gercep aja deh pokoknya, sat set sat set. Biar gak kalah sama pemburu akomodasi lainnya.

2. Naikkan harga penawaran. Tips ini saya sarankan untuk diterapkan kalau properti yang ditarget emang worth it banget ya buat ditawar lebih. Emang gak selalu berhasil, tapi bisa dicoba. Mungkin dari naikkin AUD 10-50 aja, biar bisa bikin profil aplikasi kita lebih stand out dibandingkan applicant lainnya. 

3. Lampirkan dokumen selengkap mungkin. Daftar dokumen yang dibutuhkan tiap properti bisa agak berbeda, tapi mayoritas sama. Pokoknya yang ada di check list, lampirkan aja semuanya. Karena agent juga menghitung poin kita berdasarkan kelengkapan dokumen yang dilampirkan. 

4. Lampirkan bukti keuangan pendukung. Saya pribadi waktu itu selain melampirkan bukti rekening Australia (berisi uang establishment allowance dari AAS dan nambah transferan dari rekening Indonesia). Sedangkan suami saya karena posisi belum sampai Australia, akhirnya melampirkan bukti rekening Indonesia. Sebenarnya agent properti di sini lebih mempertimbangkan rekening Australia dibandingkan rekening Indonesia. Tapi kalau memang adanya rekening Indonesia, ya udah tidak masalah, dicoba aja. Selain itu juga penting untuk melampirkan surat pengantar dari beasiswa yang menyatakan bahwa biaya hidup kita di Australia akan ditanggung oleh pihak beasiswa, kira-kira gaji kita berapa selama di sini. Meskipun saya paham itu dokumen beasiswa tersebut gak punya kekuatan super, namun cukup untuk boosting aplikasi kita. Sedangkan bagi yang masih single, mungkin bisa dicoba juga melampirkan daftar bukti keuangan pribadi sendiri dan orang tua. Tips ini saya dapatkan dari salah satu agent properti di Australia dan beberapa teman saya juga menerapkannya (melampirkan rekening koran orang tua sebagai bukti keuangan tambahan). Hasilnya, mayoritas teman-teman yang melampirkan dokumen tersebut juga banyak yang akhirnya lolos aplikasi akomodasinya.   

5. Lampirkan data reference yang akurat. Di Australia emang apa-apa harus ada reference. Gak cuman aplikasi pekerjaan full time, yang part time atau casual pun juga sering diminta reference. Dan emang yang bikin saya agak kaget, untuk aplikasi sewa rumah ini kita juga diminta reference. Untuk penerima beasiswa AAS, reference nya bisa minta bantuan sama SCO. Nanti SCO akan ditelp oleh pihak agent properti untuk menanyakan karakteristik kita atau apakah benar kita penerima beasiswa yang disebutkan di dalam aplikasi. Sedangkan untuk yang selain beasiswa AAS, mungkin bisa coba cari kenalan yang cukup dekat dan sudah tinggal di Australia minimal beberapa bulan untuk bisa dijadikan sebagai reference.

6. Berikan personal touch. Orang Australia tu suka banget yang namanya personal touch. Kalau kalian sampai di sini nanti, bisa di cek, banyak pelayanan yang sifatnya personalised. Karena alasan itulah, saya sarankan, setelah kalian mengirim aplikasi sewa rumah, jangan ragu untuk telp, sms, atau email agentnya secara personal. Perkenalkan diri kalian, sampaikan kalau kalian sudah submit aplikasi sewa rumah yang dia pasarkan, ceritakan sedikit tentang profil kalian (bisa dimention terkait kemampuan finansial juga). At least biar agentnya bisa inget sama kalian dan mau bantu untuk cek aplikasi kalian lebih detail. Ada beberapa orang yang saya lihat selama inspeksi juga udah tukeran no hp sama agentnya, jadi pendekatan personalnya beneran diterapkan. 

7. Usahakan pilih Asian agent. Bukannya mau rasis, tapi gimana lagi, emang kenyataannya rasisme di Australia prakteknya masih ada. Ini tips khusus buat temen-temen yang berasal dari Asia atau Indonesia seperti saya. Terlebih lagi untuk yang menggunakan atribut keagamaan, contohnya saya memakai hijab. Saya gak pernah mengalami langsung rasisme selama cari rumah. Namun banyak temen yang bilang, kalau agentnya native, mereka juga akan cenderung memilih calon applicant native. Gimanapun juga seorang agent adalah kunci. Karena dia nantinya yang bakal briefing landlord tentang calon penyewa potensial. Jadi filternya udah di dia duluan. Hal itu saya alami di akomodasi yang saya dapatkan saat ini, memang agent saya adalah orang Asia (dari Jepang). She was really helpfull. Saya inget banget, setelah saya submit aplikasi, malemnya saya langsung ditelp dan agentnya menanyakan apakah ada bukti keuangan lain dari suami saya, khususnya rekening Australia. Waktu itu dia bilang aplikasi saya secara keuangan masih sangat lemah. Tapi ya gimana lagi, saya sampaikan aja kalau suami saya belum membuat rekening Australia, sehingga hanya rekening Indonesia yang bisa saya lampirkan. Lalu dia menginfokan bahwa dia akan mencoba untuk membantu saya dalam membujuk landlord agar bisa menerima aplikasi saya. Keesokan harinya waktu lagi IAP, saya dapet telp bahwa aplikasi saya diterima. Beuh, itu beban di pundak langsung runtuh rasanya. Like everybody also congratulated me, karena kita sama-sama ngrasain gimana beratnya cari akomodasi permanen di sini. 

-&-

Yup, sekian sharing-sharing dari saya perihal akomodasi permanen. Panjang emang ya, baik cerita maupun perjuangannya 😂. 

Semoga apa yang saya bagikan ini bisa bermanfaat buat temen-temen yang mau cari akomodasi permanen di Australia nantinya. 

Cheers



You Might Also Like

0 comments

Followers

Twitter