Tips Menyusun Curriculum Vitae (CV) Beasiswa AAS

23.20


Beasiswa AAS merupakan salah satu beasiswa yang mensyaratkan Curriculum Vitae (CV) sebagai salah satu dokumen yang perlu dikumpulkan dalam proses aplikasi beasiswa. 

Peran CV dalam suatu proses melamar pekerjaan maupun beasiswa ternyata memang tidak dapat diremehkan. Dari CV tersebut, penerima kerja atau pemberi beasiswa dapat melihat profil singkat pelamar dan memberikan penilaian terhadap aplikasi lamaran yang sedang diajukan. Namun, apakah CV untuk pekerjaan itu sama dengan CV beasiswa?

Saat di bangku kuliah, ketika ada keperluan membuat CV untuk kompetisi atau beasiswa, saya mencari benchmark di internet. Dulu saya pikir format CV ya gitu-gitu aja. Cara kita menyampaikan informasi dalam CV dimana-mana tu sangat standar, intinya tentang informasi kontak, riwayat pendidikan, pelatihan, pengalaman organisasi, kemampuan bahasa dan kemampuan teknis lainnya.

Pada saat saya melamar beasiswa AAS di tahun 2014 dan 2019, saya membuat CV yang mungkin formatnya lebih sesuai untuk melamar pekerjaan. Setelah gagal di dua beasiswa tersebut dan berusaha untuk melakukan evaluasi, termasuk terkait CV, saya mulai konsultasi dengan Pak Sony, sebenernya CV yang menarik untuk apply beasiswa itu seperti apa? Apakah yang sudah pernah saya buat kemarin, ada banyak yang perlu dievaluasi?

Ya, perjalanan dalam mendapatkan beasiswa memang cukup detil dan panjang. Gak cuman persiapan IELTS, tapi saya juga belajar bener-bener tentang membuat CV dan Essay beasiswa. Ribet emang, hehe.. Saya sadar kalo saya bukan orang yang punya keberuntungan cukup tinggi dengan sekali apply beasiswa langsung lolos. Jadi untuk kasus saya, persiapan matang itu wajib.

Mulai dari aplikasi beasiswa Chevening, SISGP, NZAS, saya coba pahami karakteristik CV yang dibutuhkan. Saya kemudian coba aja ambil kelas Skill Academy terkait CV Beasiswa dari Mbak Ayu Kartika Dewi, karena saya percaya dengan track record beliau yang udah pernah lolos beberapa beasiswa internasional.

Dari beberapa pembelajaran tersebut, akhirnya saya dapat menyimpulkan bahwa CV Beasiswa itu sangat berbeda dengan CV melamar pekerjaan. CV beasiswa harus mampu menonjolkan daya jual kita secara akademik, profesional dan atau aktivitas sosial (tergantung jenis beasiswanya), sedangkan CV pekerjaan lebih menekankan tentang keunggulan kemampuan teknis kita terkait pekerjaan dan pengalaman profesional. 

Dalam proses melamar beasiswa, kita juga harus mampu mempelajari karakteristik beasiswa kita, awardee seperti apa yang dicari, itu yang perlu kita sampaikan di dalam CV maupun essay (informasi yang disampaikan pada kedua hal tersebut harus konsisten dan ada benang merahnya).

Sesuai dengan informasi di website Australia Awards Indonesia, ada tiga penilaian utama beasiswa AAS Long Term Awards :

Beasiswa AAS
Sumber : 
Tiga komponen penilaian utama Beasiswa AAS
https://www.australiaawardsindonesia.org/content/36/12/selection-process?sub=true

Berdasarkan tiga komponen penilaian tersebut, menurut saya, di dalam CV Beasiswa AAS, kita harus mampu menunjukkan :

1. Keunggulan akademik kita.
Hal ini dapat ditunjukkan melalui nilai IPK, prestasi selama masa kuliah dan nilai tes kemampuan bahasa Inggris (TOEFL atau IELTS). Jika IPK kalian lebih dari 3.5, jangan segan-segan untuk menambahkan informasi bahwa itu cumlaude. Hal tersebut akan memudahkan tim penilai untuk memahami bahwa kita punya kemampuan akademik yang baik. 

Apabila ada informasi prestasi selama kuliah seperti pernah menang kompetisi, ikut internasional workshop/seminar, dan aktif di organisasi kampus, maka kalian juga wajib menambahkannya. 

Sedangkan nilai TOEFL atau IELTS memang tidak menjadi penilaian utama dalam AAS, karena secara administrasi nilai minimum yang dibutuhkan cukup rendah. Namun, tidak ada salahnya informasi nilai tes kemampuan bahasa Inggris ini dicantumkan, agar dapat mendukung CV kita juga.

2. Kontribusi yang telah dilakukan baik di organisasi atau pekerjaan masing-masing dan di masyarakat sekitar.
Menurut saya pribadi, AAS adalah pemberi beasiswa yang sangat concern terhadap kontribusi awardeenya dalam mendukung program di organisasi masing-masing, maupun yang punya dampak ke lingkungan masyarakat sekitar. Semakin besar dan luas kontribusi yang telah kita lakukan, itu akan memperbesar peluang kita lolos beasiswa AAS. Informasi ini dapat disampaikan pada bagian Working Experiences dan Social Project/Volunteer Experiences. Sekecil apapun kontribusi yang pernah kita lakukan, disampaikan aja gpp, karena akan dapat menambah daya tarik CV kita nantinya.

3. Kemampuan profesional serta kepemimpinan kita.
Terkadang masih banyak yang bingung, info ini dimasukinnya sebelah mana ya? Kalo menurut saya, kemampuan professional dan kepemimpinan bisa dirangkai bersama dengan poin 2 terkait kontribusi, dan bisa disampaikan secara bersamaan pada bagian Working Experiences dan Social Project/Volunteer Experiences. 

Sebagai contoh, kalian ingin memasukkan pengalaman pekerjaan sebagai Manager di organisasi A, maka di bawah keterangan posisi dan organisasi kalian, selain menampilkan secara singkat job desk kalian, tambahkan juga project terbaik yang pernah kalian pegang atau in charge, dan peran kalian di dalam project tersebut apa aja. Akan lebih baik jika kalian bisa menggunakan kata-kata yang mencerminkan leadership seperti : I initiated, I led the discussion, dst. 

O iya, jangan lupa juga untuk mencantumkan hasil yang telah dicapai dalam project tersebut apa aja, kalau bisa by number, karena sepemahaman saya, Australia itu sangat concern sama result based yang dapat diukur (measurable). Contohnya: dengan adanya peran kita dalam project X, akhirnya angka penjualan perusahaan naik berapa persen. Ini juga salah satu kunci agar aplikasi kalian bisa lebih kuat, apalagi jika informasi di CV dan di essay konsisten, benang merahnya bisa keliatan.

-&-

Kemampuan personal branding jadi salah satu kunci sukses dalam menyusun CV Beasiswa, tentang bagaimana kita mempromosikan diri kita sendiri melalui penyampaian kata-kata yang tepat di dalam CV.

Final tips yang juga saya pelajari dari kelas CV Beasiswa Mbak Ayu Kartika Dewi di Skill Academy, setelah kita menyampaikan hal-hal yang cukup serius, jangan lupa cantumkan informasi tentang hobby atau interest pada bagian paling akhir biar tim penilai bisa sedikit terhibur dan makin tertarik dengan CV kita. Karena pengalaman saya pribadi, setelah menerapkan strategi ini, itu justru jadi pertanyaan pamungkas di interview AAS Intake 2021 kemarin. Saya menuliskan bahwa salah satu hobi saya adalah traveling dan saya udah keliling ke berapa provinsi, kota dan kabupaten di Indonesia. Gara-gara baca itu, interviewer malah tertarik bahas destinasi wisata yang paling favorit buat saya itu dimana dan mengapa? Akhirnya saya asik menutup interview dengan cerita dan promosi tentang Labuan Bajo, hehe..

-&-

Well, sekian beberapa tips menyusun CV Beasiswa AAS dari saya. O iya, jangan lupa juga untuk minta proofread CV sebelum kalian submit di aplikasi AAS ya. Proofread itu emang penting banget, biar bisa dapet masukan dan sudut pandang lain. Karena kadang kalo kita terlalu pusing ngerjain sendiri, ada aja yang kelewat belum diteliti. 

You Might Also Like

0 comments

Followers

Twitter