Bertemu Sang Legenda (Eps 3)

09.56


Berkunjung ke habitat komodo itu memang punya sensasi tersendiri. Di satu sisi, rasa penasaran mendorong kita untuk pergi ke sana dan bertemu dengan Sang Legenda secara langsung. Namun di sisi lain, kita harus tetap berhati-hati mengingat komodo hidup di alam liar dan masih tergolong hewan ganas. Oleh sebab itu senantiasa mengikuti petunjuk ranger adalah keharusan demi keamanan bersama. Sampai sejauh ini saya belum pernah mendengar cerita ada turis yang diserang komodo kecuali turis tersebut memang melanggar instruksi ranger dan memisahkan diri dari rombongan. Walaupun cukup banyak cerita seram mengenai komodo, tetep aja itu gak menciutkan nyali saya untuk ketemu komodo. Bahkan setelah dua kali saya berkunjung di Pulau Rinca dan Pulau Komodo, masih aja ketagihan pengen balik lagi, saking gemesnya sama spesies yang disebut-sebut keturunan dinosaurus ini.

 

Di Pulau Rinca, tracking pendek dimulai dari sekitar kantor administrasi TNK kemudian dilanjutkan menyusuri pepohonan dan menuju ke area dapur umum. Saya sangat beruntung saat baru awal melakukan perjalanan sudah bisa bertemu dengan komodo di bawah pohon besar dekat kantor administrasi TNK. Komodo yang saya temui pertama kali berusia sekitar 20 tahun dengan panjang tubuh cukup besar sekitar 2 meter. Perasaan saya ketika pertama kali melihat komodo adalah campur aduk. Ada rasa antusias, deg-degan, tapi juga agak ngeri-ngeri sedep. Secara fisik, sangat terlihat bahwa hewan ini adalah hewan yang tangguh. Bikin saya makin merasa kagum sekaligus takut dalam waktu bersamaan. Bapak ranger sempat menjelaskan kalau komodo tergolong susah untuk balik badan dengan cepat. Jadi biar aman, untuk melihat, kita lebih baik berada di belakang ekor komodo. Sebab ketika kita berada tepat di depannya dan naluri menyerang si komodo muncul, maka dia bisa mengejar kita dalam waktu singkat.

 

O iya, ada lagi beberapa wejangan yang perlu diterapkan ketika berkunjung ke kerajaan komodo ya, yaitu :

 

  • Bagi wanita yang sedang haid, lebih baik melapor terlebih dahulu kepada ranger agar dapat dijaga dengan lebih ketat oleh ranger. Hal ini dikarenakan komodo bisa mencium bau-bau yang menyengat hingga jarak 5-8 km.
  • Usahakan jangan menggunakan atribut berwarna merah sebab komodo sangat sensitif dengan segala sesuatu yang menyerupai darah termasuk warna merah.
  • Jangan mengayun-ayunkan segala sesuatu ketika dalam perjalanan tracking seperti kunci, tas, botol minuman, dan lain sebagainya. Komodo sangat tertarik dan cenderung agresif ketika melihat benda yang diayun-ayunkan.
  • Jangan membawa makanan dengan bau mencolok seperti daging. Kembali lagi kepada daya penciuman komodo yang sangat tajam, makanan dengan bau mencolok bisa menarik perhatian komodo bahkan menggugah selera makan mereka.
  • Yang terkahir, meskipun saya sudah menjelaskan sebelumnya, namun saya tidak akan lelah-lelahnya mengingatkan. Jangan memisahkan diri dari rombongan dan selalu berada di belakang ranger demi keamanan bersama.

 


Dari area pepohonan, saya melanjutkan tracking ke sekitar dapur umum. Tanpa dicari juga sudah banyak komodo yang berkumpul di bawah rumah panggung yang difungsikan sebagai dapur umum. Komodo-komodo ini sangat suka berada di sekitar dapur umum karena ada bau daging yang biasa dimasak oleh petugas TNK. Bahkan terkadang petugas juga tidak ragu membagi sebagian daging yang menjadi bahan makanan mereka dengan komodo. Caranya, petugas akan melempar daging tersebut dari jendala rumah panggung, maka komodo sekeluarga akan semangat keluar dari kolong rumah dan menengadahkan mulutnya untuk menangkap daging-daging yang dilempar. Momen ini jadi momen favorit saya Setelah komodo kenyang makan daging, maka mereka akan mulai tidur-tiduran lagi di sekitar dapur umum. Saat itulah bapak ranger mengajak kami untuk berfoto bersama komodo. Tapi bukan dari dekat tentunya. Kami cukup berdiri agak jauh di belakang komodo, kemudia bapak ranger akan meminjam kamera kami dan pergi mendekat ke depan komodo. Lalu “cekrek”. Berhasil sudah kami berfoto bareng komodo. Saking berbakatnya bapak ranger sebagai fotografer, kami jadi seperti kelihatan berada di dekat komodo beneran.

 

Saya dan rombongan termasuk yang paling beruntung bisa bertemu komodo dalam jumlah yang tidak sedikit. Bulan kawin komodo adalah bulan Mei-Agustus, dimana para komodo akan rajin berkeliling mencari pasangan. Namun saat itu bulan April, seharusnya tidak banyak komodo yang mau keluar menampakkan batang ekornya. Mereka akan lebih memilih bersembunyi dan menyendiri. Mungkin karena doa kami juga, dan saking pengertiannya Tuhan sama keinginan saya buat ketemu komodo, syukur alhamdulillah doa kami terkabul.

 

Setelah puas ambil foto komodo di sekitar dapur umum, kami mulai berjalan kembali masuk ke arah hutan kecil. Di dalam hutan saya tidak menjumpai komodo lagi. Yang ada hanya hewan-hewan kecil. Lima belas menit kami berjalan, bapak ranger mengajak kami berhenti sebentar. Ada seekor burung gagak hitam yang sedang mengais-ngais tanah. Menurut cerita dari bapak ranger, gagak hitam adalah binatang paling setia. Kemanapun gagak hitam pergi, dia selalu pergi bersama pasangannya. Bahkan ketika pasangannya meninggal, maka gagak hitam yang satunya tidak akan lama bertahan hidup. Dan ternyata gagak hitam single yang kita lihat sedang mengais-ngais tanah adalah salah satu di antara cerita tersebut. Ia mengais tanah untuk membuat lubang rumah atau mencari-cari makam pasangannya. Sedih sih liat gagak ini jomblo sendirian galau gitu. Apalagi setelah mendengar cerita bapak ranger, kami jadi tahu bahwa mungkin tidak lama lagi gagak hitam yang menyendiri ini akan segera menyusul pasangannya ke alam baka. Hiks banget, tapi so sweet.

 

to be continued..

You Might Also Like

0 comments

Followers

Twitter