Cerita Sang Legenda (Eps 2)

09.57

 


Ikrar adalah doa yang akan terjawab pada waktunya..


Pucuk dicinta ulam tiba, cukup menunggu waktu sekitar satu tahun dari ikrar itu, akhirnya saya berhasil mengelana ke Labuan Bajo. Manggarai Barat adalah Kabupaten di Labuan Bajo, tempat pesawat kita akan mendarat. Kesempatan pertama saya mengunjungi Labuan Bajo di Bulan April 2016 adalah dalam rangka pendampingan shooting built in Pesona Indonesia di program acara traveling salah satu stasiun TV swasta di Indonesia. Sedangkan kesempatan kedua bulan Oktober, saya berangkat dalam rangka pendampingan media trip media elektronik nasional bersama 9 media TV swasta Indonesia sekaligus. Kalau yang pertama cuman total sama 5-6 orang aja, trip saya yang kedua tentunya lebih rame karena total ada 20an orang yang bakal ngabisin malam-malam bersama di Labuan Bajo.

 

Hal yang paling saya ingat dari perjalanan awal di tanah Flores ini adalah ketika saya mendapat cerita tentang Legenda Putri Naga Komodo sebagai cikal bakal munculnya komodo. Ya, hewan yang sering saya lihat di kantor itu bernama Komodo, nama ilmiahnya adalah varanus komodoensis. Jadi menurut cerita rakyat yang telah disebarkan secara turun temurun, dahulu kala hiduplah seorang putri di Pulau Komodo. Putri ini sangat cantik dan diyakini memiliki kekuatan gaib. Suatu ketika, Sang Putri yang dipanggil Putri Naga menikah dengan pemuda lokal bernama Majo. Dari pernikahan keduanya, lahirlah dua bayi kembar laki-laki. Namun siapa sangka salah satu bayi laki-laki mereka ada yang tidak berwujud manusia, melainkan kadal. Bayi laki-laki yang berwujud manusia diberi nama Si Gerong dan dibesarkan di lingkungan masyarakat biasa. Sedangkan satu bayi laki-laki lainnya yang berwujud kadal dinamakan Orah dan dibesarkan di hutan. Hal itu menyebabkan kedua saudara kembar tersebut tidak pernah berjumpa maupun saling mengenal.

 

Tahun terus berganti dan Si Gerong sudah semakin dewasa. Di satu kesempatan, Si Gerong berlari ke hutan dan berburu rusa hutan. Saat ia berusaha untuk menangkap rusa, tiba-tiba ada kadal besar yang merebut hewan buruannya. Langsung seketika Si Gerong ingin membunuh kadal raksasa itu. Namun tiba-tiba sang Putri Naga muncul dan melarang Si Gerong untuk membunuh kadal tersebut karena sang kadal adalah saudara kembarnya yang bernama Orah. Berawal dari situlah, komodo menjadi hewan yang dijaga dan diperlakukan dengan baik oleh masyarakat sekitar. Cerita yang singkat namun sangat menarik. Bulat sudah keinginan saya untuk bertemu dengan Sang Legenda. Yang awalnya cuman penasaran sama miniatur di kantor, sekarang saya makin excited, apalagi setelah tahu kalau hewan yang akan saya temui ini bukan hewan biasa.

 

Sesuai dengan namanya, Sang Legenda, untuk menemuinya pun tidaklah muda. Kalau sama orang penting, buat ketemu kita harus bikin janji dulu. Tapi sama komodo, mau bikin janji sama ranger komodo pun, kalau komodo nya lagi gak mood keluar ya kita gak bakal ketemu juga. Jadi faktor lucky berpengaruh lho. Banyak-banyak berdoa dulu sebelum ketemu komodo ya biar beruntung bisa bertatap muka atau paling enggak menatap komodo dari kejauhan. Di Manggarai Barat, kecil kemungkinan kita bisa bertemu komodo. Jadi kita harus sebrangi laut dan mendaki bukit yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK), habitat Sang Legenda saat ini.

 

Ada tiga pulau terbesar di TNK, yaitu Pulau Rinca, Pulau Padar dan Pulau Komodo (diurutkan berdasarkan jarak terdekat dari pelabuhan Labuan Bajo). Untuk menuju ke ketiga pulau tersebut, kita perlu menyewa kapal kayu atau kapal boat. Waktu tempuh yang dicapai kedua jenis mode transportasi ini tentu berbeda. Kapal kayu biasanya menempuh waktu kurang lebih dua kali lipat dibandingkan kapal boat. Lebih lama sih. Tapi kalau dari segi harga, jangan ditanya yaa.. Untuk kapal boat yang dapat menampung hingga 10 orang harga sewa per hari sekitar 6-10 juta. Sedangkan kapal kayu yang bisa menampung 15-20 orang dapat disewa dengan harga 4-7 juta. Keahlian tawar-menawar bisa banget kok diterapkan di situasi seperti ini.

 

Dari pelabuhan Labuan Bajo, kita bisa sampai di Pulau Rinca dalam waktu 2 jam dengan kapal kayu dan setengah jam dengan kapal boat. Pulau Rinca memiliki luas sekitar 198m2 dengan struktur tanah berbukit berhiaskan pohon rindang, dahan-dahan kering, padang ilalang dan rerumputan. Pulau Rinca memiliki julukan Loh Buaya yang berarti Teluk Buaya. Julukan ini muncul karena komodo juga diyakini sebagai buaya darat. Bukan buaya darat yang suka berseliweran di kota besar tentunya, tapi ini literally buaya yang hidup di darat ya. Di depan dermaga ada gerbang dengan papan tulisan Loh Buaya. Buat yang suka mendokumentasikan perjalanannya, boleh lah foto-foto dulu di sini. Agak jalan ke dalam, ada lagi gerbang dengan patung komodo di sebelah kiri dan kanan. Suasana di sekitar Pulau Rinca memang sangat tandus dan mirip padang savana. Bikin adrenalin petualang kita makin membara, gak sabar pengen segera tracking. Di Pulau Rinca ada pilihan tracking pendek, menengah dan panjang. Salah satu teman menyarankan untuk pilih tracking panjang biar lebih puas keliling Pulau Rinca. Namun karena durasi waktu yang terbatas, akhirnya saya pilih tracking pendek dengan durasi total sekitar 1 jam. Itupun udah cukup bikin kita ngos-ngosan. O iya, satu pesan dari atasan saya, kalau berkunjung ke kawasan TNK, usahakan sudah pulang sebelum matahari tenggelam karena kondisi ombak di sore hari sudah cukup tinggi sehingga bisa menghambat perjalanan pulang kita nantinya. Kecuali memang berniat untuk live on board, jadi tidak perlu kembali ke Manggarai Barat.

 

Saat sudah bersiap untuk tracking, kita briefing terlebih dahulu dengan para ranger. Yang saya maksud di sini ranger komodo lho ya, bukan ranger merah, ranger putih pahlawan idola masa kecil kita. Tapi perannya di sini sama halnya kayak super hero kok. Tugas ranger adalah memimpin tracking sekaligus  mengawal dan melindungi kita dengan tongkat kayunya, berfungsi untuk menghalau komodo yang mendekat. Gimanapun juga komodo termasuk hewan reptil yang ganas. Meskipun terkadang kita bisa menjumpainya di bawah pohon seperti sedang tiduran dan malas-malasan, tapi jika naluri memangsanya keluar, bisa aja komodo menyerang tanpa ada peringatan terlebih dahulu. 

 

to be continued..

You Might Also Like

0 comments

Followers

Twitter