Merdeka Belajar, Merdeka Menggapai Mimpi
11.46Mengikuti short course selama bekerja merupakan salah satu contoh kesempatan merdeka belajar yang yang saya dapatkan saat ini. |
Teringat salah satu pengalaman di masa kecil, ketika saya harus mengambil les tambahan bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan saya dalam berkomunikasi menggunakan bahasa asing tersebut. Saat itu saya diwajibkan membayar biaya tambahan untuk mengikuti tes evaluasi akhir sekaligus untuk mendapatkan sertifikat kelulusan dari lembaga bahasa asing terkait. Namun dengan berat hati, saya harus menyudahi les bahasa Inggris saya karena Ayah saya belum mampu mengeluarkan biaya tambahan yang dipersyaratkan. Saat itu sekitar tahun 1998 telah menjadi periode yang sulit bagi semua orang di Indonesia, tidak terkecuali keluarga saya. Krisis moneter yang menghantam perekonomian negara kita berdampak juga pada kondisi ekonomi kedua orang tua saya. Sedih sih, pasti. Bahkan memori itu masih sangat melekat di ingatan saya. Kenangan dimana saya tidak bisa melanjutkan kesempatan untuk mendapatkan tambahan pengajaran bahasa Inggris karena terkendala oleh faktor ekonomi.
Mungkin apa yang terjadi di masa lalu, belum tentu sama dengan apa yang kita hadapi di masa sekarang maupun di masa yang akan datang nantinya. Bisa jadi tantangan saat ini di di masa depan bahkan lebih berat dibandingkan periode sebelumnya. Namun, menurut saya, merdeka belajar itu sangat penting diterapkan dan dijadikan nilai utama di dunia pendidikan Indonesia. Setiap anak di Indonesia memiliki haknya dalam mendapatkan pendidikan yang berkualitas, tidak lagi terkendala oleh faktor ekonomi, infrastruktur, maupun kondisi sosial dan budaya. Karena berawal dari kesempatan belajar yang seluas-luasnya tersebut, maka seseorang nantinya juga akan mampu merdeka dalam mennetukan serta menggapai mimpi-mimpinya.
Saya sangat mendukung kampanye merdeka belajar yang sedang digalakkan di Indonesia saat ini. Dengan adanya semangat merdeka belajar, maka diharapkan ekosistem di sekitar kita bisa lebih mendukung dan berkontribusi dalam terwujudnya inklusifitas dunia pendidikan Indonesia, tanpa memandang status sosial, ekonomi dan budaya dari seseorang. Pandemi memang telah menjadi tantangan besar yang harus kita hadapi selanjutnya. Dengan adanya keterbatasan interaksi dalam kegiatan pengajaran, bukan berarti kita harus menyerah. Semangat berjuang dan tidak pantang menyerah harus terus kita nyalakan. Teknologi bisa menjadi salah satu solusi dalam menyampaikan pengajaran berkualitas, namun tetap harus didukung dengan pelaksanaan edukasi terhadap para stakeholders pendidikan Indonesia tentang penggunaan teknologi di dunia pendidikan.
Beberapa hari lalu, saya sempat menyimak podcast Pak Gita Wirjawan dengan founder Kitabisa.com, Al Fatih. Di podcast yang berjudul "Saling Menjaga Dengan Teknologi" tersebut, Pak Gita menyampaikan bahwa di dunia pendidikan kita, pengembangan hardware (dalam artian infrastruktur), itu memang penting. Tetapi pembangunan dan peningkatan kapasitas software (kemampuan pengajar dalam memanfaatkan infrastruktur yang ada dan kemampuan pelajar beradaptasi dengan teknologi dalam proses belajarnya), itu juga tidak kalah penting. Untuk mencapai kesetaraan pendidikan sebenarnya tidak akan sulit, asalkan seluruh pihak terkait bisa dan mau saling berkolaborasi dalam mendukung terwujudnya merdeka belajar bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu merdeka belajar dan merdeka dalam mengejar serta mewujudkan mimpi-mimpinya.
0 comments