Tips Memilih Jurusan dan Kampus Beasiswa AAS

11.02


Sejak saya membagikan cerita dan pengalaman dalam proses mengikuti seleksi Beasiswa AAS hingga akhirnya lolos menjadi awardee, alhamdulillah banyak sekali respon positif yang saya dapatkan. Saya sendiri pernah merasakan perjuangan mencari informasi beasiswa, sehingga dengan adanya tulisan saya di blog ini, saya sangat berharap bisa sedikit membantu teman-teman yang berencana melamar beasiswa, khususnya Beasiswa AAS. 

Dari semua pesan dan respon yang saya terima, ada beberapa pertanyaan yang cukup sering saya dapatkan, yaitu tentang bagaimana memilih jurusan dan kampus. Make sense banget sih kalau kita harus penuh pertimbangan dalam memutuskan hal ini. Sebab menurut saya, jika kita memilih jurusan dan kampus yang kurang sesuai dengan kebutuhan maupun urgensi kita, maka itu dapat berpengaruh negatif pada proses aplikasi beasiswa. 

Banyak yang terkadang masih merasa kebingungan. 

"Saya bekerja di bidang XXX, kira-kira jurusan yang cocok untuk saya apa ya?" 

"Kalau saya punya pengalaman di sektor ini, apa jurusan yang tepat untuk saya?" 

"Saya ingin ambil pilihan di jurusan dan kampus ini, tapi kok ragu ya.."

Untuk menjawab semua pertanyaan itu, sebenarnya hanya diri kita sendiri yang mampu menemukan jawabannya. Jika memang butuh bantuan, bisa coba mencari mentor yang dapat berperan dalam menuntun dan mengarahkan kita. Biasanya mentor akan membantu kita menggali lebih dalam tentang diri kita sendiri, apa yang benar-benar ingin kita butuhkan dan mau lakukan di masa depan. Dari pertanyaan dan sharing dengan mentor, secara perlahan kita bisa menemukan apa sebenarnya yang kita cari. 

Namun, sambil mencari mentor yang tepat, ada beberapa tips yang ingin saya bagikan ke temen-temen, khususnya yang masih dalam tahap meyakinkan diri dalam memilih jurusan dan kampus di aplikasi Beasiswa AAS.

1. Don't look at your friends or colleagues, but look at yourself.

Seringkali ketika kita akan memilih jurusan dan kampus, kita melihat terlebih dahulu lingkungan di sekitar kita, jurusan dan kampus apa yang paling sering diambil oleh orang lain, kemudian kita berusaha mencocokkannya dengan diri kita sendiri. Padahal belum tentu yang kita lihat dan kita pikir bagus untuk orang lain, akan sesuai juga untuk diri kita sendiri. Oleh sebab itu, saya sangat menyarankan buat temen-temen fokus mengenal kebutuhan masing-masing. Ilmu apa yang sebenarnya ingin kita pelajari lebih dalam. Beberapa tahun ke depan, kita ingin jadi orang yang ahli di bidang apa? Sehingga untuk mendukung hal tersebut, ilmu-ilmu apa saja yang dapat kita pelajari?

2. Observe and understand critical issue that you would like to concern more.

Mengamati, mempelajari dan memahami tentang isu-isu terkini, khususnya yang sangat menarik perhatian kita, dapat menjadi salah satu strategi yang dilakukan dalam rangka mendukung proses pemilihan jurusan dan kampus. Bisa juga kita berangkat dari tantangan atau masalah yang dihadapi sehari-hari. Untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut, kira-kira ilmu apa yang dapat kita pelajari? Jurusan apa yang menyediakan mata kuliah sesuai dengan ilmu yang kita butuhkan? Atau penting juga bagi kita mempertimbangkan, kira-kira kampus mana yang memiliki proyek strategis terkait dengan isu atau bidang yang ingin kita pelajari lebih dalam?

3. Connect the dots

Memahami kebutuhan diri dengan lebih dalam juga dapat dilakukan dengan menghubungkan pengalaman kita di masa lalu, apa yang kita lakukan saat ini, apa saja yang ingin kita pelajari, dan apa yang ingin kita lakukan di masa depan. So, it's about connecting the dots. Dengan mencari benang merah dari setiap cerita, nantinya kita bisa mulai menemukan ilmu apa yang sebenarnya kita cari, jurusan apa yang menawarkan ilmu tersebut dan sesuai dengan kebutuhan kita. Baru kemudian berlanjut ke kampus atau universitas dimana jurusan tersebut disediakan.

4. Conduct your own research

Masih merasa bingung dan ragu? Perdalam riset kalian tentang jurusan dan kampus yang ingin dipilih. Jangan hanya sekedar membaca judul jurusannya saja atau mempertimbangkan ranking universitas. Apalagi jika bicara tentang Beasiswa AAS, dimana seluruh kampus di Australia itu dianggap memiliki kualitas pendidikan yang sama, sehingga ranking universitas hanya menjadi referensi, namun tidak dapat dijadikan pertimbangan utama. 

Sering pula saya menyarankan untuk teman-teman yang masih ragu dengan pilihan jurusannya, coba membedah lebih dalam saja jurusan dan kampus yang sudah ada di dalam daftar. Bisa dengan mencari informasi lebih detail tentang mata kuliah apa saja yang ditawarkan di dalam jurusan tersebut, bagaimana metode pembelajarannya, jenis assignment atau exam yang akan dilakukan ketika kuliah nanti, siapa dosen yang akan mengajar mata kuliah tersebut. Akan jauh lebih bagus lagi jika kita bisa memahami lebih dalam tentang spesialisasi pengajar di jurusan dan kampus yang kita riset. Mungkin ada topik yang sesuai dengan concern kita, atau bisa juga ternyata dosen tersebut punya pengalaman penelitian maupun pernah melakukan proyek di bidang yang kita minati. Itu akan sangat membantu proses riset kita.

5. Weigh up the options

Setelah semua strategi dilakukan dan kita sudah memiliki beberapa daftar jurusan dan kampus yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan kita, maka selanjutnya yang perlu dilakukan adalah weigh up the options. Hal ini bisa juga dilakukan dengan membuat tabel pros and cons dari masing-masing jurusan dan kampus yang sudah kita pertimbangkan. Dengan adanya perbandingan yang lebih detail, maka akan lebih terlihat pula mana jurusan dan kampus yang paling sesuai dengan kebutuhan kita. 

-&-

O iya, khususnya yang ingin memilih jurusan dan kampus untuk Beasiswa AAS, jangan lupa sesuaikan pula dengan prioritas beasiswa ya. Selain itu juga penting untuk cek CRICOS Code jurusan yang dipilih di situs Cricos sehingga bisa dipastikan apakah jurusan yang kita maksud memang dapat dipilih untuk daftar Beasiswa AAS atau tidak.

Selamat berjuang teman-teman! :)

You Might Also Like

2 comments

  1. Hi salam kenal! thank you sudah berkenan share cerita perjalanan AAS melalui blog ini. Untuk kursus IELTS di IALF yg diikuti waktu itu online atau offline ya? kemudian satu kelas berisi berapa orang? karena kemampuan bhs inggris saya masih cukup rendah (terakhir tes toefl 480) jadi agak khawatir kalau ikut kelas terlalu ramai, justru gabisa ngejar materi krn mungkin yg lain kemampuannya di atas saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo, salam kenal juga ya :)
      Makasih sebelumnya udah mampir ke blog aku.

      Dulu aku les IELTS di IALF Jakarta sebelum pandemi, jadi masih offline, satu kelas maksimal 10 orang. Gak terlalu rame, cukup menurutku, karena dengan temen-temen satu kelas biasanya ada latihan speaking bareng, atau diskusi untuk struktur writing.

      Tapi khusus selama pandemi, sepertinya metode pengajaran (online atau offline), tergantung kebijakan ppkm pemerintah daerah. Untuk th 2022 ini, setauku ada kelas online, tapi di beberapa lokasi juga sudah dibuka buat kelas offline. Bisa coba dicek aja di website atau socmed IALF.

      Hapus

Followers

Twitter