Your First Job is Your Love at The First Sight

20.47




Sesuai dengan janji saya di artikel sebelumnya, kali ini saya akan mulai sharing pengalaman tentang perjalanan saya dalam mendapatkan pekerjaan pertama. Pekerjaan yang saya maksud di sini adalah pekerjaan profesional dimana saya bisa mengaktualisasikan diri saya 100%. So, apakah IOP bukan pekerjaan pertama saya? Hmm, mungkin lebih tepatnya saya menyebut IOP sebagai itu sebagai tempat belajar dan tempat mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya ya, hehe..

Well, kenapa saya memilih bekerja? Kenapa saya tidak memilih untuk melanjutkan kuliah ke jenjang yang tinggi? Jawaban dari dua pertanyaan itu adalah karena saya rasa belajar teori saja itu tidaklah mengasyikkan. Learning by doing maybe sounds better. Jadi saya membulatkan tekat untuk mengambil jalur profesional agar saya bisa mengaplikasikan ilmu saya di kelas selama kuliah ke dalam dunia kerja yang sesungguhnya. :))

Lalu kenapa saya memilih untuk bekerja di suatu perusahaan atau pemerintah? Kenapa tidak membangun bisnis sendiri? Sesungguhnya saya menyadari, skill saya di bidang bisnis belumlah seberapa. Background keluarga yang juga bukan pengusaha membuat saya kesulitan dalam memiliki benchmark. Oleh sebab itu, saya memutuskan untuk menjadi pekerja profesional dahulu, baru saya akan learning by doing dengan berbisnis lagi nanti ketika saya merasa sudah saatnya. So, being an employee doesn't mean I will never try to learn and do the business again. :))

Selepas wisuda, project riset saya bersama Pak Sony juga hampir selesai. Itu tandanya saya harus lebih kencang dalam mendapatkan pekerjaan pertama saya. Meskipun akhirnya saya bisa bergabung dengan IOP Unair, namun status saya dalam organisasi ini adalah staff magang. Oleh sebab itu, saya masih memiliki kesempatan lebar untuk mencari pekerjaan yang memang akan menjadi pelabuhan terakhir saya nantinya (macem judul lagu aja nih :p). Dan perjuangan pun kembali dimulai.




Berbagai macam peluang dan kesempatan saya coba. Mulai dari perusahaan swasta hingga perusahaan BUMN saya, mulai perusahaan nasional hingga multinasional. Namun hingga awal tahun 2015 ini hasilnya masih nihil. Flash back sedikit, pada awal bulan September sebenarnya saya sempat diterima di sebuah konsultan pemasaran bernama Etnomark Consulting. Sesungguhnya itu adalah salah satu tempat kerja impian saya. Saya sudah menggeluti bidang riset sejak duduk di bangku kuliah. Oleh sebab itu saya merasa kemampuan dan pengetahuan saya akan berkembang pesat di perusahaan ini. Saya juga sudah pernah melakukan visit secara langsung ke kantor Etnomark pada th.2013 bersama kawan-kawan Manajemen Pemasaran Unair di bawah bimbingan Pak Sony. Pertemuan pertama saya dengan Etnomark itulah yang membuat saya jatuh cinta. Apalagi jika saya melihat sosok Bu Amalia E. Maulana, founder Etnomark, ingin rasanya suatu saat nanti saya bisa jadi orang sehebat Bu Amalia. Namun apadaya, tawaran ini tidak dapat saya terima dengan baik. Setelah berkonsultasi dengan orang tua dan berdasarkan berbagai macam pertimbangan, akhirnya saya belum bisa bergabung dengan Etnomark. Sedih? Sangat! Tapi saya meletakkan restu orang tua di atas segalanya, karena ridho orang tua, ridho Allah juga tentunya. :')

Gagal di satu titik tidak membuat saya berputus asa. Saya percaya, rezeki sudah ada yang mengatur. Asal bermodal usaha, doa dan ridho orang tua, saya yakin pasti akan mendapatkan yang terbaik, cepat atau lambat. :) Akhirnya saya kembali melanjutkan perjuangan saya.

Saya tidak pernah menghitung dengan pasti, sudah berapa banyak perusahaan yang saya apply, Namun terkadang saya bersyukur, dengan banyaknya pengalaman seleksi kerja, saya bisa semakin paham dengan sistem rekrutmen perusahaan pada umumnya, bahkan saya juga bisa kenal dengan banyak orang baru. Saya mulai hafal tipe soal psikotest. Saya juga sudah semakin mahir dalam menghadapi tes FGD maupun wawancara. Namun sayangnya, meskipun saya semakin ahli dalam proses seleksi kerja, tanpa keberuntungan yang berarti, saya masih juga jarang bisa lolos, haha. Tes psikotest adalah tahapan yang paling sering membuat perjuangan saya terhenti, terutama saat melamar ke perusahaan BUMN. Kenapa bisa begitu? Saya sendiri tidak tahu pasti apa alasannya. Tetapi, menurut pandangan saya, psikotest adalah salah satu tes untuk menyaring calon karyawan yang memiliki karakteristik sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Jadi ketika saya gagal di psikotest, bukan berarti saya bodoh atau apalah, namun karena karakter saya memang kurang cocok dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan. Ini bukan semacam pembelaan lho ya. :p Informasi seperti ini saya simpulkan dari penjelasan psikolog saat tiap kali akan memulai psikotest.

Lalu, apa yang akan saya lakukan? Apakah saya akan menghindari segala macam bentuk seleksi kerja yang menyertakan proses psikotest di dalamnya? Tentu tidak. Kembali ke filosofi awal, bahwa rezeki sudah ada yang mengatur, jadi saya percayakan saja semuanya pada Allah. :)) Jika memang saya masih gagal, berarti pekerjaan itu memang bukan yang terbaik untuk saya kan? hehe. Yang harus saya lakukan hanyalah "try harder and pray harder".

Pertengahan bulan September, saya disarankan orang tua saya untuk ikut tes CPNS. Ini memang hajatan paling akbar di Indonesia, dimana semua orang sudah menanti-nanti dan tidak sabar untuk segera mendaftar. Saya pribadi, sejujurnya tidak ada keinginan sedikitpun untuk jadi PNS. Saya tipe orang yang suka banyak gerak (bukan hyperactive lho ya :p), gak terlalu suka dikekang sama aturan yang monoton (karena saya suka berkreatifitas), dan saya agak gimana gitu sama yang namanya birokrasi berbelit-belit. Jadi, agak aneh jika selama ini saya suka mengkritik pemerintah, masak ujung-ujungnya saya masuk ke dalam bagian pemerintah itu sendiri. Tapi, sekali lagi, saya tidak ingin jadi anak durhaka. Demi memenuhi keinginan orang tua, akhirnya saya coba saja mendaftar tes CPNS. Orang tua menyarankan saya untuk memilih Kementerian Keuangan (yang notabene sekilas mata terlihat lowongannya paling banyak, padahal gak juga). Tentu dengan tegas saya menolak saran orang tua saya itu. Jadi PNS saja saya belum bisa bayangin, apalagi jadi PNS di Kementerian Keuangan, bisa mati gaya saya. Dasarnya saya orang marketing, yang lebih suka banyak ketemu orang, suka dengan hal-hal kreatif, jelas saya tidak akan bisa menjadi diri saya sendiri di instansi tersebut nantinya. Akhirnya, setelah melakukan pertimbangan mendalam, saya pun memutuskan untuk memilih Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Alhamdulillah orang tua fully support. Mungkin bagi mereka, yang penting anaknya mau nurut daftar CPNS aja mereka udah seneng kali ya, hehe..

Cerita lengkap perjalanan saya mengikuti seleksi CPNS Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan saya sampaikan pada postingan selanjutnya ya.. Karena akan terlalu panjang jika saya gabung dalam postingan ini. Yang jelas, a long journey banget kok, saking panjangnya bikin saya sampe lupa rasa deg-deg kan nunggu pengumumannya.. :'D

Selain ikut tes CPNS ini, saya juga sempat ikut seleksi dari salah satu perusahaan fashion dari Jepang, namanya UNIQLO. Udah pernah denger tentang UNIQLO? Hehe
I will tell you the sweet story about UNIQLO, tapi next posting yaa..


So, to be continued nih :D


You Might Also Like

0 comments

Followers

Twitter