Treat or To Be Treated

10.01



To travel is to learn, begitulah saya menjalankan sebuah kehidupan.
Travel is not always about what kind of beautiful destination we have visited, but also about who we met and what we have done.

Masih ingat dengan perjalanan saya ke China beberapa bulan yang lalu? It was really a short journey actually but I got a lot.

Menjalankan ibadah puasa di negeri orang, dimana muslim menjadi minoritas, could I? Mungkin saya hanya sempat mendengar cerita temen-temen yang pernah ikut student exchange di luar negeri. Ada yang bilang, it would be challenging. Ada yang berpendapat kalau itu bakal jadi pengalaman paling mengesankan dalam hidup. Namun ada juga yang merasa, ramadhan di luar negeri bakal bikin kita makin menghargai tanah air, karena di rumah kita sendirilah kita bisa merasakan berbagai macam kemudahan (mudah denger adzan, mudah cari makanan sahur dan berbuka, mudah ikut sholat tarawih). Then here we go, I took the challenge.

"Sist, kamu beneran mau ikut Seminar di China? Gak apa-apa nih kamu puasaan di sana?" tanya Bertha. Saya langsung senyum aja waktu dia tanya begitu. Yang bikin saya khawatir mah bukan masalah puasanya, tapi izin dari suami buat ninggal selama 11 hari, haha..

Hari pertama landing di Haikou, saya ketemu Mei-Mei, Douglas, Alice, Winnie, and Cindy. Mereka panitia acara yang in charge buat kegiatan kami. Mei-Mei hanya bertugas buat ngejemput kami di bandara, jadi sesampainya hotel kita langsung dihandle sama Douglas, Alice, Winnie plus Cindy.

Bareng mereka berempat, saya punya pengalaman masing-masing yang unik.

-&-

Start from Cindy yess..
Cindy, paling pendiem, paling jarang keliatan karena sibuk di belakang layar, tapi gak kalah baik dari yang lain. Cindy juga termasuk salah satu yang riweh sekaligus jadi informan terkait makanan halal dan hidangan berbuka buat saya dan Mas Ghora. Gak banyak interaksi antara saya dan Cindy karena emang dia lebih sering ngurusin acara serta bolak-balik ke kantor. Cuman yang paling saya inget adalah ketika kami duduk di golf car dan kebetulan Cindy pakai pakaian agak terbuka, langsung dh saya godain temen-temen cowok dari Malaysia, "please jangan diliat ya, nanti puasanya batal" canda saya. Dan temen-temen Malaysia itu justru komentar, "Wah, dugaan nih, dugaan!". Saya yang gak ngerti bahasa Malaysia langsung bingung, dugaan apa? Eh ternyata maksudnya cobaan atau godaan, hahaha.. Cindy yang gak ngerti kita ngomong apa cuman bisa senyum doang.

-&-

So, how about Winnie?
Saya gak terlalu banyak ngobrol sama Winnie di awal-awal kita ketemu. She is the stunning one, dengan gaya casualnya, bisa dibilang lebih kayak anak kuliahan (padahl iya, tapi kuliah S2), dan kita seumuran. Saya baru mulai akrab sejak kejadian tersesat di stasiun (lupa namanya stasiun apa). Konyol emang, haha.. Jadi saya bersama tim punya waktu luang sejak sampai di Shanghai. Berhubung lokasi penginapan kami di pinggiran Shanghai, alhasil buat bisa ngebolang harus naik angkutan umum. Untuk destinasi pertama, oke kami putuskan naik taksi dari penginapan ke Disneyland yang saat itu jaraknya cuman 2km dari hotel. Kami minta bantuan Winnie buat pesenin taksi pake aplikasi. Dari Disneyland kita lanjut ke pusat kota Shanghai naik kereta.

Dari sinilah pengalaman itu dimulai. Perjalanan pulang ke hotel, kita naik kereta dan turun di stasiun terdekat sama hotel, yaitu The East Hunian Station. Sesampainya di stasiun, bingunglah kita karena ternyata suasana di luar sepi banget dan gelap. Mana jam udah nunjukin pukul 10 malam, liat di map, liat di map, hotel kita gak jauh dari stasiun, tapi gak ngerti harus lewat mana. Coba cari taksi, adanya taksi mobil (not the real one, cuman orang yang lagi nganggur dan nawarin kita buat naik mobilnya, tapi kasih tarif tinggi banget). Awalnya kita udah hopeless, ya udah naik mobil itu deh, tapi kita mau naik satu mobil barengan. Eh, bapaknya gak mau, katanya harus dipisah karena maksimal penumpang yang boleh naik cuman 4 (empat) orang, sedangkan kita ada berlima. Kita urungkan niat itu, ditambah bapak-bapak yang nawarin tumpangan tadi agresif banget ngejar kita biar mau naik mobilnya. Bahkan waktu kita berhasil stop taksi yang lewat, bapak-bapak tadi dengan sigap entah ngomong apa ke driver taksi sampe akhirnya taksi itu pergi. Sebel banget!

Kita minggir, masuk lagi ke arah stasiun. Waktu itu udah kereta terakhir, jadi stasiun juga udah mau tutup. Suasana makin serem, udah mirip kayak film Train to Busan. Saya dan temen-temen mulai ketakutan, ada aja pikiran jelek, gimana kalo tiba-tiba ada zombi yang dateng kayak di film itu, huaaaa.. Sampe akhirnya kita putuskan buat hubungi panitia aja dah. Sempet kepikiran mau kontak Douglas, tapi dia aja tadi abis kena masalah, ketinggalan pesawat ke Shanghai karena nungguin salah satu rombongan peserta yang eh ternyata udah ada di dalam pesawat. Oke, kita gak mau makin ngrepotin Douglas, jadi kontak si Winnie via We Chat.

Me : Hi Winnie
Winnie : Hi
Me : Sorry for bothering you at this hour. Me and my 4 colleagues are lost in the East Hunian Station. could you please send us the address of our hotel?
Winnie : (ngirim tulisan China) you can show this to the driver.

(Beberapa waktu kemudian kita hopeless gak ada taksi yang lewat lagi).

Me : Winnie, could you help us to order the taxi? Because there's no taxi around here.
Winnie : Can you take a photo around you?
Me : (sending picture)
Winnie : is that a bus?
Me : Yess, there is a bus station in front of metro station. Bus no 1073 and 1072
Winnie : Okay, I have ordered a taxi for you.

Sekitar 15 menit kemudian taksi itu dateng, hape saya lowbat jadi saya minta bantuan Mas Ghora buat telp Winnie buat mastiin itu taksi yang dia pesan. Dan ternyata memang benar, kita langsung berabe naik taksi. Hanya dalam waktu 10 menit kita akhirnya sampe hotel. Thanks God! and thanks to Winnie.

-&-

Alice in a wonderland!
"Hi Alice, we are already arrived at Haikou airport" ucap Bertha
"Hi Bertha, welcome to Haikou. There is Mei-Mei that will pick you guys up in front arrival gate. Then my colleague, Douglas will greet you in the hotel. We probably meet in the welcoming dinner tonight." Alice said.

Pertama kali ketemu Alice jadinya di hari pertama seminar. We didn't meet in the last welcoming dinner. Dengan gaya anggun dan feminist, tapi sebenernya dia yang paling kcoak dan jahil di antara yang lain.

We : "Hi Alice, where is Douglas?"
Alice : "He is in a date, with his girlfriend"

Me : "Alice, I heard that you are already married and you have a baby, a couple months y.o"
Alice : "How do you know?"
Me : "I was told by Ghora"
Alice : "Then, do you believe it?"
Me : "Haa? Are you kidding me?"
Alice : "Really? I was just kidding. LOL"

Some guys : "Come on Alice, let's drink the wine!"
Alice : "Sorry, I am not drinking. I am in the moeslim table. I am a moeslim for today."
We : "Hahahaha, so you couldn't touch other guys hand Alice, and you have to wear the scarft."
Alice : "Okay, so where is my scarft? Do I need use the table cloth as my scarf?"
We : "Why not? haha, or you could come to my room, I'll give you a scarf. LOL"


-&-

The Boss Douglas.
"Sist, semalem kamu dicariin Douglas" kata Bertha, Mbak Litani, Mbak Vitria.
"Ha? Kenapa? Kok dia gak langsung we chat aku?" I said.

Lalu tiba-tiba saya papasan sama Douglas, nanya dah katanya semalem nyariin, ada apa. Dia jawab entar dulu karena masih repot, okay.

Beberapa jam kemudian waktu di kelas, Douglas nyamperin saya, bilang mau ngajak omong bentar di luar. Lalu dia bertanya sambil bisik-bisik, "I told by someone that you and Ghora are fasting, is it true? You can not eat after sunrise until sunset?" Dalam hati jadi pengen ketawa, ya elah, dari semalem nyariin cuman mau nanya ini? Sambil bisik-bisik pula, hahaha.. Saya jawab aja, iya. Saya justru mau minta maaf ke dia juga sebab bakal gak bisa join breakfast selama acara karena puasa. Tapi kalo masalah makan sahur mah gak usah khawatir, saya udah bawa bekal bubur instan, susu kemasan, sm roti dari Indonesia. Aman :D

Malemnya kelar acara dan makan malam, tiba-tiba ada yang nganterin sandwich. Douglas info kalo mereka nyiapin sandwich buat bekal sahur kita. Duh kan, jadi gak enak, padahal kita gak minta, malah dikasih XD. Dua-tiga hari berlalu, saya sama mas ghora mulai eneg makan sandwich. Maklum orang Indonesia, kalo diisi roti tawar rasanya hambar banget gitu. Jadi kami tanya lagi ke Douglas.

Me : "Douglas, we would like to say thank you for the sandwich. But, if it's possible, may we ask for a rice, with an egg maybe?" 
Douglas : "Oh, it doesn't matter. Which egg do you want? Fried or boil?"
Me : "Anything you want to serve, fried or boil is no problem. Thanks in advance!"

Orang jawa, makan nasi telur kasih kecap juga udah kenyang ya kan. Happy banget kita waktu tau malemnya beneran dianterin nasi telur ke kamar, mana porsinya banyak banget. Kayaknya mereka pikir karena kita puasa jadi dikasi porsi kuli. Padahal space perut mah kecil, haha..

Tapi beberapa hari kemudian, ada satu rombongan muslim bareng kita juga yang protes ke Douglas gara-gara mereka gak terima dikasih menu sahur nasi telur juga tiap hari. Duh, karakter kita sama negara tetangga ini emang beda banget ya XD. Saya yang awalnya join perdebatan itu langsung ditarik Mas Ghora buat gak usah ikutan. Ya udah sih, dari awal kita juga gak ribet kalo masalah makan sahur, makan seadanya juga gak apa-apa. Kan esensi dari berpuasa bukan cuman soal makanan, tapi juga menahan hawa nafsu lainnya. Saya sampaikan ke Douglas, kalau emang pihak hotel udah gak bisa sediain nasi telur karena masalah standarisasi makanan, gak masalah. Kita mah bisa makan apa aja buat sahur.

Sampai suatu ketika, tiba-tiba Douglas kasih saya selembar kertas yang inti tulisannya dia udah nyiapin menu halal khusus buka puasa buat saya sama Mas Ghora, cukup tunjukkan kertas itu ke pelayan, mereka akan ngerti. Horray, akhirnya buka puasa juga bisa makan makanan enak. Jadilah waktu jam makan malam, saya dateng dan tunjukkin kertas itu, langsung dikasi menu nasi, sayuran sama ikan yang rasanya alhamdulillah udah lebih dari cukup, apalagi kalo ditambah Bon Cabe bawaan dari Indonesia XD.

Waktu kita lagi makan, tau-tau disamperin sama grup muslim satunya. Gak permisi, gak apa, dia langsung aja dateng ke meja kita dan minta pelayan buat dibikinin menu kayak kita (dengan nada agak keras). Kita yang lagi enak-enak makan jadi terdiam karena kaget disamperin gitu. Saya jadi bertanya-tanya, emang grup yang satu gak dikasih kertas gituan juga apa ya? Sampe Mas Ghora mastiin lagi ke saya, Douglas gak ada arahan apa-apa kan buat info ke grup yang satu? Saya jawab enggak, dia bilang "you and your colleague". Sedangkan my colleague kan cuman Mas Ghora, hahaha. Ya udah lah, kalo kata Bertha, mungkin Douglas emang info buat kita berdua aja, dan gimana Douglas bersikap ke kita berbeda daripada sikap dia ke grup satunya ya karena kita emang gak rewel, gak banyak ngerepotin, gak kayak grup satunya yang banyak minta macem-macem. LOL!

-&-

Point to learn, gimana kita diperlakukan itu sesuai dengan gimana kita memperlakukan orang lain. Saya bener-bener ngrasain sendiri gimana panitia acara Seminar di China itu bisa servis kita dengan sangat baik. Bahkan bisa dibilang kita agak males kalo disuruh ke Haikou lagi karena-orang-orang di sana banyak yang galak. Tapi kalau panitia acaranya si Douglas, Alice, Winnie, Cindy sih kita seneng-seneng aja, haha..

Gara-gara pengalaman di China itu, waktu ada tawaran buat saya untuk dampingi orang Tourism of Thailand shooting di Indonesia, saya langsung terima. Pertama karena saya pengen tau cara kerja mereka. Kedua karena saya pengen menjamu mereka dengan baik sebagai tamu negara kita, sama halnya kayak saya dijamu oleh temen-temen di China. 


So, treat or to be treated?



You Might Also Like

0 comments

Followers

Twitter