A Journey To The City of Dream (Prolog)

15.29

“You may say I'm a dreamer, but I'm not the only one. I hope someday you'll join us. And the world will live as one.” -John Lennon-



"Belajarlah hingga ke negeri China"
it was only a nice quotes, but now, it's a reality.,
Welcome to Macau, The City of Dream!
ini adalah invitation letter yang telah mengantarkan saya ke negeri impian, Macau, China


Asia Pasific CHRIE Youth Conference 2013

"Asia Pacific CHRIE, also known as APacCHRIE, is a Federation of the I-CHRIE. Founded in Hong Kong in 2002 by Professor Kaye Chon of the Hong Kong Polytechnic University, APacCHRIE is the regional advocate of hospitality and tourism education for schools, colleges, and universities offering programmes in hotel and restaurant management, foodservice management and culinary arts. The Youth Conference will focus on the various aspects of education, training and academic development for the hospitality and tourism industry in this dynamic and challenging global environment. The Youth Conference will allow students with different cultural backgrounds to interact, discuss and exchange ideas, knowledge and practical skills."

Pertama kali saya mengetahui informasi tentang event ini dari internet. Iseng googling tentang youth conference and paper competition, ternyata nemu link Asia Pasific CHRIE Conference 2013. Well, kenapa tidak ada "Youth" nya? Ternyata yang saya temukan di awal itu adalah web event conference khusus untuk senior (professor, akademisi, etc). Baru setelah ngublek web, saya menemukan link ke Youth Conference. Asia Pasific CHRIE Youth Conference 2013 merupakan konferensi sekaligus  call for paper khusus untuk youth (anak muda). Di event ini, peserta boleh memilih untuk menjadi participants biasa atau presenter. Jika ingin menjadi presenter, maka peserta harus mengirimkan abstract yang nantinya akan diseleksi. Dan di sinilah keberuntungan saya berpijak. Setelah beberapa kali ditolak oleh kompetisi paper internasional, ternyata Macau memang jodoh saya, hehe..

20 Mei 2013

Tepat pukul 06.00 WIB, saya serta dua rekan tim, Tutus dan Mas Cato, terbang dari Surabaya, menuju Macau. Pukul 09.00 waktu Malaysia, kami sampai di Malaysia dan harus transit selama 6 jam. Perbedaan waktu Indonesia-Malaysia adalah lebih cepat 1 jam. Sekitar pukul 02.30 waktu Malaysia , kami berangkat ke Macau. Pukul 18.30 kami sampai di Macau. Cuaca saat itu memang cukup cerah, meskipun ramalan cuaca yang saya dengar beberapa hari sebelumnya, Macau sedang hujan petir. Keluar bandara, perasaan bingung mulai muncul. Mau ke penginapan naik apa ini.. Naik taksi, susah bilangnya. Mau naik free shuttle bus resort yang ada, takut gak tau jalurnya. Jadi, sekedar untuk informasi, setiap resort atau hotel di Macau memiliki free shuttle bus. Siapapun boleh menaikinya, meskipun tidak menginap di hotel tersebut. Setiap shuttle bus memiliki jalur masing-masing, namun biasanya mereka juga berhenti di beberapa public area seperti pelabuhan dan bandara.

Alhasil, kami memutuskan untuk naik taksi. Namun perjuangan tidak selesai sampai di sini. Hampir 4 kali saya mencoba untuk bertanya pada sopir taksi untuk mengantar kami ke penginapan (sambil saya tunjukkan alamat penginapan dalam tulisan latin), tapi mereka tidak mengerti sama sekali dan menolak kami. Sempet cemas dan khawatir, hingga akhirnya ada satu taksi yang cukup baik dan mau membantu kami. Well, sopir taksi yang terakhir ini sebenarnya juga tidak mengerti sama sekali ketika saya ajak bicara dengan bahasa inggris. Bahkan saat saya mengucap Lisboa Hotel, pusat kasino terbesar di Macau, dia tetap tidak mengerti.. --" Beruntungnya, sopir taksi tersebut ternyata memiliki selembar kertas berisi semua list hotel di Macau. Langsung saja saya tunjuk nama Lisboa Hotel. Kebetulan hotel kami ada di sekitar Lisboa Hotel. Meskipun belum tau jalan yang mana, yang penting jalan dulu dah ke Lisboa, hehe..

Sesampainya Lisboa, gemerlap malam Macau mulai terlihat. Di sini pula, ramalan cuaca yang saya dengar mulai jadi kenyataan. Hujan deras disertai petir membuat saya sangat takut.. >.< Jujur, belum pernah seumur hidup saya mendengar petir sekeras itu di Indonesia. Jadilah kami bertiga lari-larian di tengah hujan, sambil bawa koper besar, untuk menuju ke penginapan. Untungnya kami sudah memperkirakan cuaca tersebut dengan membawa payung. Sesampainya di penginapan, kami pun langsung rehat sejenak..

to be continue...


You Might Also Like

0 comments

Followers

Twitter